Jumat, 13 November 2015

KEUTAMAAN MEMELIHARA ANAK YATIM

KEUTAMAAN MEMELIHARA ANAK YATIM


kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim) Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.

1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!
kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim) Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.
1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!
kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim) Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.
1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!

Rabu, 30 September 2015

HAKIKAT RIZQI DAN INDAHNYA BERBAGI

A. HAKIKAT RIZQI
Perhatikanlah firman Allah dalam Surat Hud ( 11 ) : 6
  1. وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
  2. مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Ar Rum ( 30 ) : 37
  1. أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّ فِي
  2. ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman
Coba pembaca petik hikmah dari kisah dialog antara tukang rujak dengan bu RT berikut ini :
Hujan turun mulai jam 9 pagi, seorang tukang rujak buah numpang berteduh di teras ruko Bu RT Gerobaknya masih penuh buah-buahan tertata rapi beliau membuka buku kecil, rupanya Al Quran. Beliau tekun dengan membaca Al-Qur’annya sambil menunggu hujan. Sampai jam 10 hujan belum berhenti. Bu RT keluar memberikan air minum. Lalu terjadi dialog di antara keduanya.
Bu RT: Kalau musim hujan jualannya repot juga ya, Pak.
Kalau gak abis gimana nanti, Pak?”.
T.Rujak; Kalau gak habis ya risiko, Bu.., kayak semangka, melon yang udah kebuka ya di kasihkan ke tetangga, mereka juga senang daripada dibuang. Mudah-mudahan menjadi sedekah, tetapi kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus bisa disimpan.
Bu RT; “Kalau hujan terus sampai sore gimana, Pak?”
T.Rujak: Ya Alhamdulillah bu… Berarti rejeki saya hari ini diizinkan banyak berdoa. Kan saat hujan turun itu waktu mustajabisah buat berdoa bu…” Kata Rasul setiap tetes air yang turun disertai malaikat yang meng Aamiin.i do’a saya. Jadi dikasih kesempatan berdoa itu juga rejeki kan Bu”?
Bu RT: Kalau gak dapat uang gimana, Pak?” tanya dia
T.Rujak: Berarti rejeki saya bersabar, Bu… Allah yang sudah ngatur rejeki, Saya tawakkal sepenuhnya bergantung sama Allah saja
Apapun bentuk rejeki yang Allah kasih ya saya syukuri.
Tapi Alhamdulillah, saya jualan rujak selama ini belum pernah kelaparan. Bahkan Pernah gak dapat uang sama sekali, tahu tahu tetangga ngirimin makanan ke rumah tanpa aku duga sebelumnya. Kita hidup ini cari apa Bu?, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha,” (sambil memasukan Alqurannya ke kotak di gerobaknya.) “Mumpung hujannya rintik mulai reda, Bu… Saya bisa jalan untuk jualan. Makasih yaa ,Bu…”
Bu RT : ya pak. Lalu (dalam benaknya) Betapa malunya saya pada Allah, karena sering terlena memikirkan yang belum ada hingga lupa mensyukuri yang sudah ada, sering aku dipenuhi rasa gelisah ketika hujan datang, begitu khawatirnya rejeki materi tak didapat sampai mengabaikan nikmat yang ada di depan mata , saya jadi sadar bahwa rizki hidayah adalah yang paling tinggi nilainya, sehingga dapat beribadah, dapat bersyukur dan bersabar adalah jauh…..jauh lebih berharga dari pada uang, harta dan jabatan. Semoga pembaca web ini bisa paham serta mendapatkan hidayah Allah SWT. Semoga bermanfaat . Aamiin
B. RIZQ MIN HAITSU LA YAHTASIB
Perhatikan firman Allah dalam Surat Ali Imran ( 3 ) : 27
  1. تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ
  2. الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الَمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن
  3. تَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya “Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas
Pembaca sekalian , mari  kita pahami bahwa  uang itu walau tidak punya kaki tapi bisa datang sendiri. Tangan-tngan Allah yang akan mengantarnya.
Kalau kalian membutuhkannya, maka jemputlah atau undanglah dia.
Bila ingin menjemput uang, maka jemputlah dengan bekerja.
Bila ingin mengundang uang, maka undanglah dengan hati dan keyakinan yang utuh kepadaNya
Banyak orang ingin mendapatkan uang dengan kerja keras, banting tulang dan peras keringat.
Mereka menjemput rezeki dengan tijaroh atau berdagang.
Mereka bekerja menawarkan jasa atau barang.
Mereka menjemput rezeki dengan beternak dan bercocok tanam.
Tetapi banyak sekali orang mendapatkan uang dengan cara mengundangnya. Mereka bertaqwa dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah.
Mereka bersyukur, merasa cukup, dan merasa puas.
Mereka tidak rakus, tidak serakah, dan tidak merasa kurang.
Dan Allah datangkan rezeki baginya dari arah yang tidak terduga., Allah turunkan rezeki tanpa hitungan dari segala arah.
Ada juga yang dapatkan uang dengan jemput dan mengundangnya
Mereka bekerja dan berdoa.
Mereka bermujahadah dan sedekah.
Mereka beribadah dan beramal salih. Lalu Allah datangkan rezeki dengan cara yang mudah.
Allah balas sedekahnya dengan balasan yang barakah rezeki berlimpah
Sadarlah bahwa Kaya itu karya Allah bukan wewenang manusia. Banyak orang kerja keras, siang dan malam, tapi tidak kaya. Ada juga orang bekerja santai tapi rajin sedekah seperti Abdurrahman Bin Auf beliau terkenal sangat kaya. Allah balas sedekahnya minim 700x lipat. Walau kerjanya biasa tapi hasilnya luar biasa, karena melibatkan kemurahan sifat Rahman dan sifat Rahimnya Allah SWT. Wallahu a’lam.Semoga bermanfaat. Aamiin.
C. MAKNA SEDEKAH SIRRI dan POLA HIDUP MATEMATIS
Perhatikan Firman Allah dalam surat Al Baqarqh ( 2 ) : 254
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ
يَوْمٌ لاَّ بَيْعٌ فِيهِ وَلاَ خُلَّةٌ وَلاَ شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ
الظَّالِمُونَ
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.
Ada seorang sahabat, Hasan namanya, sesuai namanya dia punya “kebiasaan baik” yang menurut saya agak langka.
Kalau beli sesuatu dari pedagang kecil, dia tidak mau menawar, malah sering kalau ada uang kembalian, selalu diberikan pada pedagangnya.
Pernah suatu hari saya ikut naik mobilnya, mampir di SPBU. Dia berkata kepada Petugas SPBU: Tolong diisi Rp 95.000 saja.
Sang petugas merasa heran, dan bertanya: “tidak sekalian Rp 100.000 saja pak?”
“Gak apa2, isi saja Rp 95.000”, balas Hasan.
Selesai diisi bensin, Hasan memberikan uang Rp 100.000. Sang petugas pun memberikan uang kembalian 5.000. Hasan berkata: “Gak usah, ambil saja kembaliannya.”
Sang petugas SPBU seperti tidak percaya. Ia pun berucap: “wahh,, Terima kasih Pak..” Senyumnya mengembang senang.
Saya tertegun dengan perilaku Hasan dan juga petugas tersebut.
Di dalam perjalanan, saya bertanya : “Sering melakukan hal seperti itu?”
Hasan menjawab: “Saya kan tidak mungkin bisa mengikuti semua perintah Allah. Jadi saya lakukan hal-hal kecil yang bisa saya lakukan, yang penting konsisten. Orang itu yang perlu kita bantu.”
Rasanya saya tidak akan jatuh miskin jika setiap mengisi bensin bersedekah 5 ribu kepada mereka. Uang 5 ribu itupun tidak akan membuat dia kaya tapi yang jelas sedikit membuat hatinya bahagia.
Saya tertegun,, rupanya ini yang sering para ‘bijak’ sampaikan, bahwa :
“Hiduplah tiap hari seperti matematika”:
  1. Mengalikan (x) kegembiraan,
  2. Mengurangi (-) kesedihan,
  3. Menambahkan (+) semangat dan kebaikan
  4. Membagi (:) kebahagiaan,dan
  5. Meng-quadariatkan kasih sayang antar sesama.
Ternyata,
Bahagia itu Dekat, Bahagia itu Mudah, Bahagia itu Sederhana. Dengan biasa BERBAGI.
( Coba kita perhatikan dua JENIS permainan ini)
  1. Guru memberikan balon pada masing2 murid, lalu diperintahkan untuk menulis nama masing2 pada balon itu, setelah balon diberi nama, dikumpulkan semua balon di dalam satu ruangan.
Perintah berikutnya, silahkan masuk ruangan dan ambil sesuai namanya, dengan batas waktu 10 menit.
Akhirnya murid2 masuk ruangan, berebut balon, sampai waktu habis 10 menit tidak satu muridpun mendapatkan balon sesuai dengan namanya.
  1. Sang Guru, mengubah pola permainan, murid masuk kamar, ambil satu balon milik siapapun, lalu serahkan ke nama masing-masing, tidak sampai 5 menit, semua murid sudah pegang balon sesuai dengan namanya masing2.
Hikmah apa yang kita dapat ?
Inilah hikmah dari berbagi dan bersedekah . Begitu berbagi kebaikan untuk orang lain, maka minimal kita akan mendapatkan hal yang sama, bahkan bisa mendapatkan yang lebih dari Allah. Berbeda lagi jika berbagi ilmu kepada orang lain, maka ilmu itu akan berkembang berlipat ganda menjadi sedemikian rupa. Silahkan diamalkan, biasakanlah berbagi tulisan yang berisi ilmu anda pasti merasakan bahwa bersedekah model ini akan jauh lebih bahagia dari pada menerima hanya untuk diri sendiri semata, serta akan berdampak berkah bagi umur dan rizqi kita karena kebiasaan ini merupakan kebiasaan Rasulullah SAW dari jibril langsung untuk ummatnya. Semoga pembaca senantiasa mendapat ridha Allah. Allahumma baarik lanaa waiyyahum fi umrinaa wa fi rizqina bi Rahmatik. Aamiin. AYO KINJUNGI TERUS www.jailanihm.com

Senin, 19 Desember 2011

Darul Aitam Sidogiri Surabaya: SEJARAH DAN ASAL-USUL DARUL AITAM SIDOGIRI

Darul Aitam Sidogiri Surabaya: SEJARAH DAN ASAL-USUL DARUL AITAM SIDOGIRI: Darul Aitam Sidogiri Surabaya adalah salah satu aset Yayasan Bina Saadah Sidogiri yang bergerak dalam bidang social (menampung dan menyantuni Anak anak yatim muslimin) dimana saat ini secara struktur berada dalam koordinasi langsung pengurus Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan

Minggu, 30 Oktober 2011

SUSUNAN PENGURUS

Kepengurusan Darul Aitam Sidogiri Surabaya system periodik yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dibawah koordinasi Wakil Ketua Umum PPS

Jumat, 14 Januari 2011

KEUTAMAAN MEMELIHARA DAN MENYANTUNI ANAK YATIM

Ikut serta kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakann ya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.

1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!
kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.
1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!
kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.
1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!

Sabtu, 08 Januari 2011

SEJARAH DAN ASAL-USUL DARUL AITAM SIDOGIRI

Darul Aitam Sidogiri Surabaya adalah salah satu aset Yayasan Bina Saadah Sidogiri yang bergerak dalam bidang social (menampung dan menyantuni anak yatim muslimin). Darul Aitam Sidogiri Surabaya pertama kali berdiri di Surabaya pada tahun 1994, beralamtkan Jl. Banowati Gg I no. 25 Simolawang, kecamatan Simokerto Surabaya, dan biasa disebut DAS-Surabaya.
Sejak pertama kali berdirinya, DAS merupakan bentuk kepedulian Pondok Pesantren Sidogiri dan Alumni terhadap pendidikan dan masa depan anak yatim muslimin dari berbagai daerah. Khususnya Jawa Timur, sebagai kontribusi ril bagi bagi tanggung jawab bersama dalam urusan umat dan kewajiban agama dalam bentuk social.
DAS-Surabaya terbuka menerima dan menampung anak-anak yatim muslimin, terutama dari kalangan yatim yang tidak mampu, sesuai kapasitas sarana dan prasarana yang dimiliki. Mereka dididik dengan pengelolahan system pesantren yang lebih difokuskan pada pendalaman ilmu-ilmu agama islam dengan tujuan menyiapkan generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. serta peduli terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.


A. VISI DAN MISI
• Visi
1. Menjadi darul aitam yang mapan dan terdepan.
2. Menjadi pusat pemantapan akidah, pengembangan ilmu, amal, dan akhlaqul-karimah, anak-anak yatim.
3. Menjadi darul aitam yang dibangun atas dasar komitmen pengabdian kepada masyarakat.

• Misi
1. Mewujudkan darul aitam yang berkualitas dan dikelola secara professional, transparan, dan amanah.
2. Menghasilkan santri-santri yatim yang memiliki kemantapan akidah, bermutu, beramal, dan berakhlaqul-karimah.
3. Memberikan pelayanan pengabdian terhadap masyarakat atas dasar nilai-nilai Islam.

B. SISTEM PENDIDIKAN
Secara umum, sistem pendidikan di DAS-Surabaya terbagi menjadi dua bagian: Madrasiyan dan Ma’hadiyah.

• Pendidikan Madrasiyah
Pendidikan ini lebih menekankan kepada penguasaan materi ilmu agama (diniyah). Dan, sejak tahun ajaran 2004-2005 madrasah ini telah mengikuti program WAJARDIKDAS (Wajib Belajar Pendidikan Dasar) tanpa mengubah pendidikan diniyah yang sudah ada.

• Pendidikan Ma’hadiyah
Sedangkan pendidikan Ma’hadiyah merupakan pendidikan urgen yang dilaksanakan dalam lingkungan DAS-Surabaya secara rutin. Termasuk dalam pendidikan ini adalah kegiatan rutin, seperti shalat dhuha berjamaah, pratik shalat, pengajian al-Qur’an dan kitab kuning, mengkaji ulang pelajaran yang sudah diajarkan di kelas, pelatihan kesenian hadrah, studi-studi di perpustakaan, dll.