Senin, 19 Desember 2011

Darul Aitam Sidogiri Surabaya: SEJARAH DAN ASAL-USUL DARUL AITAM SIDOGIRI

Darul Aitam Sidogiri Surabaya: SEJARAH DAN ASAL-USUL DARUL AITAM SIDOGIRI: Darul Aitam Sidogiri Surabaya adalah salah satu aset Yayasan Bina Saadah Sidogiri yang bergerak dalam bidang social (menampung dan menyantuni Anak anak yatim muslimin) dimana saat ini secara struktur berada dalam koordinasi langsung pengurus Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan

Minggu, 30 Oktober 2011

SUSUNAN PENGURUS

Kepengurusan Darul Aitam Sidogiri Surabaya system periodik yang diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dibawah koordinasi Wakil Ketua Umum PPS

Jumat, 14 Januari 2011

KEUTAMAAN MEMELIHARA DAN MENYANTUNI ANAK YATIM

Ikut serta kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakann ya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.

1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!
kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.
1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!
kewajiban kita untuk mengasuh anak yatim, karena mereka adalah saudara kita sesama muslim, baik kerabat maupun orang yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan kita. Abu Musa ra mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah ibarat bangunan yang sebagian darinya menguatkan sebagian yang lain." (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah menjanjikan dalam salah satu haditsnya, jika niat kita membantu saudara kita yang yatim dengan cara mengasuh mereka karena Allah dalam rangka meringankan kesulitan mereka, kelak pada Hari Kiamat Allah SWT akan meringankan kesulitannya. Ketika seluruh makhluk sedang menghadapi beberapa kesulitan Hari Kiamat dan tak ada seorang pun yang mampu membantunya menghilangkan kesulitan itu.
Rasulullah saw bersabda, "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya pada Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, mengasuh anak yatim bisa menjadi ladang amal jariyah untuk kita, karena ketika kita mengasuh mereka, secara langsung atau tidak langsung, kita telah melaksanakan ketiga amalan tersebut.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim).
Hal-hal berikut ini merupakan keutamaan lain yang akan kita dapatkan jika kita mengasuh anak yatim secara tulus dan ikhlas. Sebagaimana dibahas dalam buku “Dahsyatnya Menyantuni Anak Yatim” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Abdul Razak, guru besar UIN SGD Bandung, mengasuh anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, yaitu di antaranya sebagai berikut.
1. Menjauhkan kita dari sifat kikir
Kikir adalah salah satu penyakit yang mendatangi manusia agar terlepas dari sifat yang dermawan, solidaritas, dan suka memberikan pertolongan. Jika kita melakukan sedekah atau menyantuni anak yatim, meskipun dengan sedikit harta yang kita miliki, sifat kikir ini akan menghalanginya sehingga dia membatalkan niatnya untuk bersedekah atau berinfak.
Karena itu, kita sering sekali menjumpai ayat-ayat yang menjelaskan tentang infak dan sedekah selalu disertai dengan manfaat yang didapatkan dari perbuatan itu, seperti pada firman Allah berikut ini.
"Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya." (QS Al-Lail [92]: 18).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dengan berinfak, jiwa seseorang akan bersih, karena kikir bukan merupakan akhlak seorang mukmin.
2. Menanamkan sifat istiqamah
Amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang sedikit, tetapi kontinu. Mengasuh seorang anak yatim dengan baik di rumah kita adalah salah satu sarana untuk menanamkan sifat istiqamah pada kita dan keluarga kita. Sifat istiqamah ini juga merupakan sikap yang terpenting setelah kita beriman kepada Allah.
Jika kita sabar dan istiqamah dalam mengasuh atau menyantuni anak yatim dengan segala tingkah laku mereka, Allah menjanjikan keberuntungan besar bagi yang melaksanakannya, yakni surga.
3. Menumbuhkan sifat murah hati
Rasulullah saw bersabda, "Lima hal termasuk sunah para rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian." (HR Tirmidzi).
Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi. Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim).
5. Menunaikan hak sesama muslim
Rasulullah bersabda, "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orangtua dan tidak menyayangi anak kecil." (HR Bukhari dan Abu Dawud dengan sanad hasan).
"Empat hak bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa di antara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) tidak menyakiti seorang pun di antara kaum muslim dengan perbuatan atau perkataan." (HR Dailami).

6. Menunaikan hak-hak kerabat dan sanak keluarga
Mengasuh anak yatim berarti juga kita telah menunaikan hak-hak kerabat kita. Rasulullah bersabda, "Allah SWT berfirman, `Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka aku akan menghancurkannya."' (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang selalu ingin diingat orang dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung kekerabatannya dengan silaturahim." (HR Bukhari dan Muslim).
Demikianlah sebagian dari keutamaan dan hikmah yang akan diperoleh jika kita menyantuni, berbuat baik, atau mengasuh anak yatim. Semoga kita menjadi salah satu orang yang menanamkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang lemah (dhuafa), dan salah satunya ialah terhadap anak yatim!

Sabtu, 08 Januari 2011

SEJARAH DAN ASAL-USUL DARUL AITAM SIDOGIRI

Darul Aitam Sidogiri Surabaya adalah salah satu aset Yayasan Bina Saadah Sidogiri yang bergerak dalam bidang social (menampung dan menyantuni anak yatim muslimin). Darul Aitam Sidogiri Surabaya pertama kali berdiri di Surabaya pada tahun 1994, beralamtkan Jl. Banowati Gg I no. 25 Simolawang, kecamatan Simokerto Surabaya, dan biasa disebut DAS-Surabaya.
Sejak pertama kali berdirinya, DAS merupakan bentuk kepedulian Pondok Pesantren Sidogiri dan Alumni terhadap pendidikan dan masa depan anak yatim muslimin dari berbagai daerah. Khususnya Jawa Timur, sebagai kontribusi ril bagi bagi tanggung jawab bersama dalam urusan umat dan kewajiban agama dalam bentuk social.
DAS-Surabaya terbuka menerima dan menampung anak-anak yatim muslimin, terutama dari kalangan yatim yang tidak mampu, sesuai kapasitas sarana dan prasarana yang dimiliki. Mereka dididik dengan pengelolahan system pesantren yang lebih difokuskan pada pendalaman ilmu-ilmu agama islam dengan tujuan menyiapkan generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. serta peduli terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.


A. VISI DAN MISI
• Visi
1. Menjadi darul aitam yang mapan dan terdepan.
2. Menjadi pusat pemantapan akidah, pengembangan ilmu, amal, dan akhlaqul-karimah, anak-anak yatim.
3. Menjadi darul aitam yang dibangun atas dasar komitmen pengabdian kepada masyarakat.

• Misi
1. Mewujudkan darul aitam yang berkualitas dan dikelola secara professional, transparan, dan amanah.
2. Menghasilkan santri-santri yatim yang memiliki kemantapan akidah, bermutu, beramal, dan berakhlaqul-karimah.
3. Memberikan pelayanan pengabdian terhadap masyarakat atas dasar nilai-nilai Islam.

B. SISTEM PENDIDIKAN
Secara umum, sistem pendidikan di DAS-Surabaya terbagi menjadi dua bagian: Madrasiyan dan Ma’hadiyah.

• Pendidikan Madrasiyah
Pendidikan ini lebih menekankan kepada penguasaan materi ilmu agama (diniyah). Dan, sejak tahun ajaran 2004-2005 madrasah ini telah mengikuti program WAJARDIKDAS (Wajib Belajar Pendidikan Dasar) tanpa mengubah pendidikan diniyah yang sudah ada.

• Pendidikan Ma’hadiyah
Sedangkan pendidikan Ma’hadiyah merupakan pendidikan urgen yang dilaksanakan dalam lingkungan DAS-Surabaya secara rutin. Termasuk dalam pendidikan ini adalah kegiatan rutin, seperti shalat dhuha berjamaah, pratik shalat, pengajian al-Qur’an dan kitab kuning, mengkaji ulang pelajaran yang sudah diajarkan di kelas, pelatihan kesenian hadrah, studi-studi di perpustakaan, dll.